Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ
حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِہِمۡۗ
Artinya:“…sesungguhnya Allah tidak akan merubah
suatu kaum sehingga mereka mengubahnya sesuatu keadaan mereka sendiri…” (Q.S.
Ar-Ra’d [13] : 11).
Bagi kita sebagai umat Islam, hijrah adalah suatu
bentuk perubahan, berubah dari suatu keadaan yang jelek atau suatu keadaan yang
buruk kepada keadaan yang lebih baik. Perubahan pertama dan paling penting
adalah perubahan dari lorong kebodohan menuju cahaya ilmu pengetahuan.
Hijrah
adalah proses, yang sangat tidak mudah, terkadang dipenuhi keraguan, takut akan
kehilangan, khawatir akan segala sesuatu yang akan terjadi didepan. Namun
ketahuilah kawan, istiqamah setelah penghijrahan itu berat, lebih dari sebuah
kata sulit, berdiri sendirian diatas kebenaran jauh lebih rentan godaan yang
bisa saja membuat seseorang yang telah “hijrah” kembali kepada masa
jahiliyahnya (Semoga Allah selalu melindungi kita).
Yang
karenanya jika seseorang telah mencoba untuk hijrah, meninggalkan segala
kesia-siaan dalam kesehariannya, memulai untuk selalu menjaga ibadahnya,
memperbaiki sholat, hafalan dan bacaannya, mengurangi pakaian yang menampakkan
auratnya, jangan ya akhi, jangan ukhti, janganlah lidah ini mudah untuk
mencela, usahlah mata ini dipicingkan
saat dirinya hadir dihadapan, apalah lagi sampai mengingat-ngingat kembali seperti
apa dirinya sebelum hijrah.
Seseorang
mungkin pernah melakukan kesalahan, melakukan dosa, disadari atau tidak,
terlihat maupun yang tak terlihat khalayak, besar ataupun kecil, namun bukan
berarti ia tak boleh menjadi yang lebih baik, atau menganggap ia tak pantas
untuk menjadi baik.
Ya
Rabbi…
Kini
aku menyaksikan perubahan diri seseorang, yang sebelumnya tak luput ku doakan
ia dalam setiap sujud penghambaan, dalam setiap derai air mata, seseorang yang sejak
kecil tak kukenal demikian, ternyata lingkungan yang tidak sehat mampu
mengubahnya menjadi orang lain.
Aku
tak mampu mengubahnya dengan tanganku, tidak juga dengan ucapanku, karena
mungkin dulu aku lupa, bahwa Allah lah yang mampu membolak-balikkan hati
seorang hamba, yang kuasa memberi cahaya dihati, maka tak bosannya aku meminta dalam
doa yang dimana itu adalah selemah-lemahnya iman, untuk kebaikan dirinya,
kebaikan masa depannya, pemahaman ilmunya, serta keselamatan akhiratnya.
Hingga
waktu itu tiba, saat wajahnya kembali basah, disaat kakinya ringan melangkah, saat
ia merendahkan suara saat berbicara, saat lebih banyaknya waktu yang ia
habiskan dalam rumah, saat itulah aku yakin bahwa doaku telah didengar, bahwa
doa kami telah didengar.
Wallahu
waliyyul mu’miniin…
Rhara
5 Maret 2016/ 25 Jumadil Awal 1437 H
0 komentar :
Posting Komentar